Betapa indahnya saat memperhatikan orangtua yang sedang bermain-main mesra di sebuah taman dengan anaknya. Di saat itu hati mereka larut menjadi satu dalam kebahagiaan. Kejadian semacam ini mungkin dialami oleh setiap orangtua sewaktu anaknya berumur kira-kira dibawah sepuluh tahun.
Begitu anak menginjak usia remaja, seringkali kita jumpai konflik antara orangtua dengan anak, yang salah satu sebabnya adalah perbedaan pandangan antara keduanya. Orangtua pernah menjadi anak namun anak belum pernah merasakan menjadi orangtua.
Semua orangtua tidak pernah menginginkan anaknya kelak hidup sengsara. Justru sebaliknya mereka selalu memikirkan bagaimana supaya anaknya tumbuh sehat lahir dan batin, menjadi orang yang mampu mengatasi persoalannya sendiri sekaligus berguna bagi orang lain. Pengalaman-pengalaman pahit yang pernah orangtua alami diusahakan tidak akan diulangi oleh anaknya. Keinginan orangtua seperti ini kadang diungkapkan dalam bentuk nasehat dan perintah, dengan harapan agar anaknya menempuh jalan termudah dan tercepat untuk memperoleh keberhasilan. Tidak perlu melalui jalan panjang berkelok sebagaimana mereka dahulu. Setidak-tidaknya hal itulah yang selalu ada dalam benak setiap orangtua. Sementara bagi kebanyakan anak muda, mereka belum sanggup memahami apa yang difikirkan orangtuanya. Disamping belum banyak pengalaman, sebagai anak muda yang sedang dalam proses pendewasaan, perilakunya lebih sering didominasi oleh suasana hati ketimbang pertimbangan akal. Terlebih-lebih anak yang hidup di lingkungan yang tidak menguntungkan bagi perkembangan emosi dan akalnya. Nasehat orang tua yang bagaimanapun baiknya sulit mereka terima bahkan cenderung mereka tolak. Maka timbullah konfik. Karena akal tidak banyak berperan, maka saat itu mereka menganggap bahwa orangtua tidak mengerti kemauan anak muda, terlalu ikut campur, cerewet, ketinggalan jaman atau kolot dsb. Orangtua memberi nasehat kepada anak adalah wajar. Namun bila anak menolak nasehat, ini semata-mata karena mereka belum siap menangkap makna yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu pendidikan, khususnya moral agama merupakan kunci pembuka fikiran anak agar lebih cepat siap menangkap pesan-pesan baik dari orangtua. Kelak bila akalnya telah berkembang lebih dewasa, mereka akan mengakui bahwa nasehat orangtua adalah benar adanya. Hal ini merupakan proses universal hubungan kejiwaan antara orangtua dengan anaknya tanpa kecuali bangsa atau suku mana. Hubungan orangtua dengan anak akan semakin rumit apabila nasehat atau perintah yang disampaikan mengandung cacat, dibuat semata-mata hanya dari sisi orangtua. Orangtua seyogyanya memahami jiwa anaknya, dimana mereka juga memiliki harapan dan keinginan pribadi meski belum dewasa. Nasehat yang bijaksana dan didasari rasa cinta sungguh lebih bermakna bagi kedua-duanya untuk menghindari benturan hati yang tiada berguna.
Bagi umat Islam, ada pedoman bagi orangtua untuk membuat nasehat kepada anaknya, yaitu firman Allah dalam Al-qur’an, surat 31 ayat 17 : ”Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah”. Pedoman di atas merupakan petunjuk umum bagi orangtua agar nasehatnya tidak menyimpang dari aturan agama. Sholat merupakan latihan batin, salah satu alat untuk menjinakkan gejolak hati agar anak muda tidak terlalu menuruti kata hati. Menyuruh orang lain berbuat baik dan mencegahnya dari perbuatan munkar mengandung perintah bahwa anaknya harus belajar mengenal dan membedakan antara perbuatan yang baik dan yang jahat. Serta mempraktekkan sendiri perbuatan-perbuatan itu sebelum menganjurkan kepada orang lain. Demikian juga orangtua, akan sia-sia menasehati anaknya apabila mereka sendiri tidak berbuat hal serupa. Yakinlah bahwa contoh nyata lebih efektif daripada kata-kata. Bersabar adalah nasehat yang paling penting bagi anak muda. Tanpa rasa sabar mereka tidak akan sanggup menghadapi kenyataan hidup yang kadang kala harus kecewa. Kekecewaan itu sendiri mampu menerpa jiwanya menjadi dewasa bila disikapi dengan cara benar. Anak muda mempunyai banyak impian atau cita-cita, dan tidak semuanya bakal terlaksana. Kesabaran menjadi modal utama dalam menghadapi kegagalan-kegagalan kecil yang mungkin menghimpit jiwa selama perjalanan hidup mereka.